ISTRI SHALLEHAH


Isteri yang baik secara total akan mudah membentuk rumahtangga bahagia tetapi sebaliknya isteri yang tidak memahami akan tanggungjawabnya sudah pasti akan melahirkan rumahtangga yang kucar-kacir.

Kita sadar dan faham rumahtangga yang bahagia lahir dari isteri yang solehah, tetangga yang baik dan kendaraan yang sempurna. Dan wanita adalah penentu buruk baik sebuah masyarakat.Sedangkan masyarakat yang baik lahir dari rumahtangga dan keluarga yang bahagia.

Wanita dengan sifat kehalusan yang dianugerahi oleh Allah s.w.t. cocok sekali sebagai pengasuh, pendidik anak-anak, pembimbing dan juga penghibur hati suami. Dari sifat asal dengan kehalusan ini jika dididik dan diasuh serta dihalusi hatinya sejak awal-awal agar kematangan berfikir dan tingkah laku yang mulia sebagai persiapan seorang isteri yang solehah, sudah pasti berhasil.

Rumahtangga bahagia bisa diasaskan oleh isteri akhlakul karimah perlulah memenuhi tanggungjawab yang digariskan dalam tuntutan pembetukan rumahtangga yang bahagia. Tanggungjawab ini perlulah benar-benar difahami, dihayati dan dilaksanakan agar cita-cita untuk melahirkan rumahtangga bahagia berhasil.

1. Taat dan kasih kepada Allah dan Rasul

Ketaatan kepada Allah akan jelas dilihat dari segala perintah dan larangan yang telah ditetapkan dipatuhi dengan sesungguhnya. Perintah dan larangan ini tergambar dengan jelas sebagaimana yang dibawakan

oleh Rasulullah s.w.a. Ketaatan yang tidak terbagi-bagi dengan sendirinya akan melahirkan disanubari perasaan kasih kepadanya.

Firman Allah dalam surah At-Taubah ayat 24 yang artinya. "Katakan: Kalau bapa-bapamu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, isteri-isterimu, kaum keluargamu, kekayaan yang kamu peroleh,perniagaan yang kamu

khuatiri akan rugi dan tempat tinggal yang kamu sukai; kalau semua itu kamu cintai lebih dari Allah dan Rasulnya dan dari berjuang di jalan Allah, tunggulah sampai Allah mendatangkan perintah-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang fasik."

Jelaslah pada kita bahwa ketaatan kepada Allah s.w.t.akan melahirkan kasih dan cinta yang tidak ternilai di sisi manusia.Ketaatan dan cinta kepada Allah ini bukanlah mudah diperoleh sekirannya persiapan kearah itu disambil lalukan.

Pendidikan jiwa supaya beriman sesungguhnya kepada Allah dan Rasul-Nya, perlulah dididik sejak awal . Didikan ini akan menjadi benteng dan memahami akan batas-batas yang dilarang dan dibolehkan dalam agama. Keimanan yang kukuh, perbuatan yang soleh dan mengikuti ketetapan yang ditentukan dengan sendirinya secara mudah akan dapat melawan hawa nafsu lahiriah dan bathiniah.

" Dan kalau kamu hitung nikmat Allah, niscaya tidak dapat kamu menghitungnya.," An-Nahl ayat 18. Dari rasa kenikmatan yang diberikan oleh-Nya yang tidak terkira akan memahami betapa hamba sangat-sangat memerlukan pada Khaliknya. Sifat ihsan dengan sendiri mengungkung diri insan; krn sifat wanita biasanya tidak akan puas dengan panorama duniawi.


2. Akhlak mulia dan sempurna sebelum kecantikan

Kita fahami bahwa Allah tidak memandang paras rupa (kecantikan) seseorang tetapi akhlak yang mulia menjadi nilaian yang kokoh disisiNya. Akhlak mulia dan sempurna menjadi pakaian yang kekal manakala kecantikan akan luntur dimakan atau dimamah usia. Tetapi kiranya kecantikan ini dapat dipadukan dengan akhlak yang mulia sudah tentu menjadi pilihan utama setiap insan.

Untuk melahirkan wanita yang berakhlak baik perlulah dididik dan diasuh dengan nilai-nilai yang begitu rupa agar meninggikan taraf kamanusian dan sekaligus membedakannya dengan sifat kehewanan.

Isteri yang berakhlak mulia dengan mudah dapat memahami akan bentuk-bentuk pakaian yang harus dikenakan pada tubuhnya dalam keadaan tertentu; dapat mengawal perkataan-perkataan yang maaruf

ketika berbicara dan mengetahui akan batas-batas bergaul sesama rekan, suami, keluarga dan juga saudara-mara yang lainnya.

Di samping itu segala tindakannya mempunyai perbedaan dengan wanita yang tidak soleh. Ia tidak gemar membeli tanpa izin suaminya, apatah lagi penjualan dengan cara berhutang sbgmana kaedah sistem jualbeli yang berleluasa sekarang. Ia lebih mirip pada kemaksiatan daripada yang maaruf.

Juga tidak bertindak menggunakan harta dan uang suami tanpa izinnya. Sekiranya tidak mencukupi maka ambillah secara yang maaruf sebagaimana yang dilakukan oleh isteri Abu Sufian; Rasulullah

menasihatkan agar mengambil dengan maaruf dan yang dibutuhkan saja.

Isteri yang soleh juga akan mudah mengawal/jaga harta benda suami ketika ketiadaannya


3. Memperdulikan kewajipan rumahtangga dan berusaha memperbaikinya.

Wanita yang telah dididik sejak awal dengan akhlak yang mulia secara matang mengetahui akan persiapan berumahtangga dan memahami kewajipannya memperbaikinya dari masa ke masa dengan patuh dari petunjuk-ajar suaminya.

Sabda Rasulullah s.a.w. dari Ibnu Abbas r.a yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud, "Maukah aku berikan kepadamu sebaik-baik benda yang disimpan? Iaitu wanita yang soleh. Apabila suaminya melihat kepadanya, gembiralah dia; apabila suaminya perintah akan dia, taatlah ia padanya dan apabila suaminya meninggalkannya, ia akan memelihara nama baik suaminya."

Dari hadith di atas jelaslah kepada kita ukuran seorang isteri yang baik. Ia mampu melayani suami sebaik mungkin dalam segala bidang; ketaatan yang tidak berbagi-bagi asalkan yang diredai Allah s.w.t dan bisa mengawal harta benda dan nama baik suaminya ketika tidak ada di rumah.

Ketaatan dan kepatuhan ini akan memudahkan penerimaan hidayah Allah s.w.t dan ketenangan hati suami dalam menjalani hidup berumahtangga. Dan sekaligus seolah-olah menjadi suatu simpanan yang sangat berharga bagi seorang lelaki berumahtangga apabila memiliki isteri yang baik budi pekerti atau perangainya dan mampu mengendalikan rumahtangga dengan baik.

Walaupun di dalam Islam tanggungjawab di dalam rumahtangga seperti menjaga anak-anak dan memasak serta lain-lain tidak diwajibkan sepenuhnya kepada isteri tetapi isteri yang soleh merasakan tanggungjawab ini biarlah ia yang menanggungnya. Krn ia tidak mau tangan orang lain menggendong anaknya ketika hendak tidur; tidak mau tangan lain memasakkan makanan suaminya atau sebagainya dan memahami tugasnya adalah melayani suaminya semata-mata.

Isteri yang soleh sungguh cakap dan teratur melayani suaminya menjaga dan mendidik anak-anak, menyediakan makan minum keluarga, mengemas tempat tinggal dengan rapi dan lainnya. Sedaya upaya berusaha memperbaiki kewajipan yang telah diamanahkan oleh suaminya.

Isteri yg begini akan melahirkan rumahtangga yang tenteram, riang gembira dan menjadi rumahtangga contoh dlm masyarakat. Begitulah yang dikehendaki dalam Islam.

4. Malu dan taat

Sifat malu memang lumrah bagi seorang wanita. Malu seorang isteri adalah hormat dan taat yang sebenarnya kpd suaminya, selagi suaminya taat pada Allah dan Rasul-Nya.

Isteri akan diam saat suami berbicara, membenarkan kata-katanya dan menghormati segala pesanannya. Bermuzakarah boleh juga diadakan tetapi perlu dikawal oleh akal krn wanita itu berakal pendek walaupun mempunyai rambut yang panjang. Perbincangan yang mengikuti nafsu syaitan dan sikap memberontak, menangan dan menghentak-hentak kaki yang akhirnya akan memporak-porandakan rumahtangga. Hadith Rasulullah yang diriwayatkan oleh Termizi dan Ibnu Majah mengatakan. "Ketahuilah dan hendaklah kamu berpesan-pesan kepada kaum wanita dengan baik-baik, krn sesungguhnya mereka itu tawanan bagi kamu, tidak ada kekuasaan sedikitpun bagimu dari mereka itu selain yang demikian itu, kecuali jika mereka itu mendatangi/mengerjakan sesuatu kedurhakaan yang nyata. Maka jika mereka berlaku curang, berbuat durhaka, hendaklah kamu tinggalkan tempat tidurnya dan berilah pukulan yang tidak menyakitkan. Kemudian bila mereka taat dan patuh kepadamu, janganlah kamu cari jalan yang bukan-bukan untuk berbuat tidak senonoh kepada mereka. Ketahuilah, sesungguhnya bagi kamu ada suatu kewajipan atas isteri-isterimu, dan isteri-isterimu ada kewajipan ke atas kamu pula. Adapun kewajipanmu (suami) atas isteri-isterimu ialah bahwa mereka itu janganlah menginjakkan tempat tidurmu dengan orang yang tidak kamu sukai, dan mereka janganlah memperkenankan orang-orang yang kamu tidak sukai masuk ke rumahmu; dan kewajipan mereka (isteri) atas kamu ialah bahwa kamu hendaklah berbuat baik atas mereka itu dalam urusan pakaian dan makanan mereka."

Dengan ini jelas membuktikan bahwa sifat malu dan taat kepada suami masing-masing adalah perkara penting di dalam pergaulan berumahtangga. Ia perlu dijaga, diawasi dan dikawal agar jangan sampai terjadi yang tidak sesuai denga kewanitaannya dan dilarang oleh agama. Jadi perlulah isteri itu sedaya upaya mentaati dan menghormati suaminya krn taat kepada suami bermakna taat kepda Allah s.w.t jua; dan murka suami berarti murkalah Allah kepadanya.


5. Mulia dan menghormati suami dan kerabatnya

Bermula selepas ijab & qabul, tugas dan tanggungjawab ibu bapa selama ini berpindah secara automatik ke bahu suami sepenuhnya. Dan sebagai seorang isteri, suamilah tempat ia bergantung kasih sayang. krn itu tidak syak lagi seorang isteri itu menghormati (adik-kakak) suami, saudara-2 dan kerabatnya menurut batas yang tertentu. Dan hubungan dan pertaliannya mempunyai had dan batas yang dibolehkan di dalam Islam.Kedatangan mereka terutama ibu bapanya perlulah disanjung dan hubungan ini perlu dititik-beratkan. Ada di kalangan keluarga Islam, perhubungan antara suami dan ibu bapanya renggang disebabkan oleh sikap isteri yang tidak menyenangkan orang tua suami.

Previous
Next Post »